RISET
PENDIDIKAN ERA INTERNET
INTERNET
menyuguhkan realitas baru terhadap dunia pendidikan, dan lantaran itu pula
internet mengubah teknikalitas pembelajaran. Segala macam informasi, data dan
fakta, tumpah ruah di kancah internet. Internet menjadi sumber alternatif untuk
menemukan bahan-bahan pembelajaran, demi terbentuknya pola penguasaan secara
mumpuni ilmu pengetahuan. Inilah realitas yang tak terbantahkan kini. Tapi sayangnya,
dunia pendidikan tak maksimal merengkuh manfaat dari internet.
Sebagai
pengusung realitas baru, internet bukan semata berkedudukan sebagai kekuatan kultural
mutakhir yang turut serta meramaikan
[dan bahkan menghebohkan] peradaban umat manusia. Tanpa bisa dielakkan, internet pun
hadir dengan mengubah orientasi pembelajaran dalam tata kelola pendidikan.
Internet telah sedemikian rupa menggeser
pembelajaran, menjadi “tak sepenuhnya berdinding”. Artinya, dengan optimalisasi pemanfaatan internet, pembelajaran
leluasa dilakukan di mana saja dan kapan saja. Disimak ke dalam dimensi ruang-waktu,
internet mengondisikan proses pembelajaran bersifat relatif, walau penguasaan
ilmu bersifat absolut.
Mengapa
hingga kini dunia pendidikan setengah hati mengupayakan internet fungsional sebagai
sumber pembelajaran? Ternyata, hingga kini, kaum guru belum serius membangun
kompetensi riset pendidikan, dengan internet sebagai field study-nya. Dalam konteks pendidikan nasional, misalnya, belum
tumbuh kelaziman riset-riset pendidikan yang ontologinya digali dari internet. Bahkan
acapkali muncul pertanyaan aneh: Untuk apa riset pendidikan di internet? Inilah
problematika baru pendidikan nasional pada era internet kini.
Puspa
ragam konten yang terakumulasi sedemikain dahsyatnya di dunia internet justru
malah mendesak direspons dengan riset-riset pendidikan. Pada satu sisi,
internet memang kaya dengan berbagai macam informasi, data dan fakta. Tapi pada
lain sisi, internet merupakan referensi yang rapuh. Internet lebih menyerupai
“hutan belantara” informasi, data dan fakta, sehingga tak setiap konten
internet relevan dengan dunia pendidikan.
Pada
titik persoalan inilah, maka riset pendidikan dibutuhklan untuk keperluan sistematisasi
dan kategorisasi informasi, data dan fakta yang tersaji di internet. Melalui
riset, dapat ditelisik makna demi makna yang terkandung dalam konten-konten
internet. Riset dibutuhkan agar informasi, data dan fakta yang digali dari
internet benar-benar relevan dengan dunia pendidikan. Berpijak pada kata kunci
“sistematisasi” dan “kategorisasi”, maka riset lebih ditekankan pada penyusunan
anotasi-anotasi. Bahkan, laporan-laporan riset pun disusun dengan merujuk pada
anotasi-anotasi tersebut.
Dengan
“sistematisasi” berarti, dilakukan pencatatan secara saksama terhadap
aspek-aspek fundamental pendidikan, yang centang perenang di kancah internet. Pencatatan
aspek-aspek fundamental bukan saja penting, tapi sekaligus mendesak dilakukan
sebagai bagian dari upaya reformasi pendidikan. Dengan “kategorisasi” berarti, dilakukan
pemetaan terhadap aspek-aspek fundamental pendidikan, yang tersaji tak
beraturan di internet. Bahkan dengan pemetaan itu pula, riset dapat dikerahkan
sebagai upaya ilmiah yang pada derajat tertentu justru melandasi terbentuknya politik
pendidikan nasional. Maka, dengan “sistematisasi” dan “kategorisasi”, isu-isu
pendidikan yang terlansir ramai di internet tak diterima secara taken for granted, tetapi dimaknai segenap
hakikatnya dalam anotasi.[]
No comments:
Post a Comment