Thursday, November 10, 2011

pendidikan dan bencana alam

PENDIDIKAN DAN BENCANA ALAM

Oleh 
Anwari WMK

SUDAH menjadi pengetahuan umum, bahwa dengan letak geografisnya yang sedemikian rupa itu Indonesia merupakan negeri rawan bencana alam. Banjir, tanah longsor, angin puting beliung, letusan gunung berapi, gempa bumi dan tsunami; datang secara silih berganti. Tetapi, pengetahuan umum ini tak serta-merta malahirkan kesadaran berkenaan dengan perlunya upaya-upaya sistematis menghadapi datangnnya bencana alam. Pada titik persoalan inilah, solusi bencana alam harus dikaitkan dengan peran konstruktif dunia pendidikan.

Wednesday, November 2, 2011

deradikalisasi melalui pendidikan

DERADIKALISASI MELALUI PENDIDIKAN

Oleh
Anwari WMK
 
INDONESIA adalah negeri yang masyarakatnya diwarnai oleh munculnya relasi-relasi konflik atas dasar ketidaksenangan, ketidaksukaan dan kebencian tanpa dasar. Itulah mengapa, sudah sejak lama timbul sinisme terhadap watak konfliktual dalam jalinan kemasyarakatan yang kemudian dinarasikan dengan frasa: "bahagia melihat orang lain menderita, menderita melihat orang lain bahagia". Ketika psiko-konfliktual ini kemudian dibawa masuk ke dalam ranah kehidupan beragama, maka muncul tendensi yang sesungguhnya potensial mencabik kohesivitas kolektif. Satu kelompok mengkafirkan kelompok lain, atau satu kelompok membid'ahkan kelompok lain. Terorisme yang membawa-bawa agama di Indonesia sesungguhnya dapat dilacak geneologinya atau sebab-sebabnya dari situasi konfliktual semacam itu.

kebijakan pendidikan tanpa riset

KEBIJAKAN PENDIKAN TANPA RISET

Oleh
Anwari WMK
DARI kalangan pejabat Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) muncul pengakuan terus-terang. Bahwa, kebijakan pendidikan di Indonesia tidak didasarkan pada hasil-hasil riset. Kebijakan pendidikan juga tidak dilandaskan pada hasil-hasil analisis secara mendalam (Kompas, 24 Oktober 2011, hlm. 12). Segala sesuatu yang dimengerti sebagai "kebijakan pendidikan" dikonstruksi melalui upaya-upaya yang bersifat reaksioner. Inilah salah satu faktor penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia.

pendidikan tanpa kebudayaan

PENDIDIKAN TANPA KEBUDAYAAN

oleh
Anwari WMK

PADA derajat tertentu, elegan memberikan apresiasi terhadap reshuffle kabinet pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Sebab, melalui reshuffle kabinet tersebut Kementerian Pendidikan Nasional berubah menjadi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Jika sebelumnya urusan kebudayaan berdasarkan perspektif tata kelola pemerintahan diintegrasikan ke dalam Kementerian Pariwisata, pada akhirnya dikembalikan untuk sepenuhnya bersenyawa dengan Kementerian Pendidikan. Praksis pendidikan ke depan lalu terbayangkan bakal memiliki resonansi dengan kebudayaan. Tapi pada derajat yang lain, tak terelakkan terus bertahannya situasi kritikal yang tercermin ke dalam pertanyaan: Mungkinkah masalah lama pendidikan tanpa kebudayaan dapat diselesaikan dengan segera melalui terbentuknya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan?

diskriminasi pendidikan swasta

DISKRIMINASI PENDIDIKAN SWASTA

Oleh
Anwari WMK

PENDIDIKAN di negeri ini tak putus dirundung diskriminasi. Bagaimana tidak? Elemen pemerintahan yang bertanggung jawab langsung terhadap tata kelola pendidikan, cenderung memarginalkan sekolah-sekolah swasta. Sebagaimana dapat disimak dari munculnya keluhan di berbagai daerah, ternyata pemerintah lebih mementingkan sekolah-sekolah negeri dalam keseluruhan agenda peningkatan mutu pendidikan. Sekolah-sekolah swasta, apa boleh buat, dibiarkan bergelut sendiri melakukan upaya peningkatan mutu.

reformasi pendidikan

REFORMASI PENDIDIKAN

Oleh
Anwari WMK

NEGARA mana pun dituntut mampu melakukan reformasi terhadap seluruh aspek yang berjalin kelindan dengan dunia pendidikan. Pada satu sisi, pendidikan berkedudukan sebagai faktor determinan kemajuan bangsa. Pendidikan bermutu mendasari perbaikan kualitas hidup bangsa. Tak mengherankan jika negara-negara maju di berbagai belahan bumi eksistensinya ditandai oleh terjadinya kemajuan secara monumental bidang pendidikan. Itu pula yang dapat menjelaskan, mengapa institusi-institusi pendidikan di negara-negara maju menjadi tujuan belajar kalangan mahasiswa dari kawasan negara-negara berkembang.