Saturday, November 24, 2012

mutu pendidikan era internet

MUTU PENDIDIKAN ERA INTERNET 

 Oleh  
Anwari WMK  

APA yang musti dikatakan setelah tersingkap fakta bahwa Indonesia merupakan negara terbesar keempat di kawasan Asia dalam hal penggunaan internet? Indonesia masuk dalam cakupan the big four di Asia dalam konteks internet. Cina merupakan negara terbesar pertama pengguna internet, nomor dua dan nomor tiga diduduki India dan Jepang. Di belakang Indonesia, negara-negara yang tergolong aktif berinternet adalah Korea Selatan, Vietnam, Filipina, Pakistan, Thailand, dan Malaysia. Fakta itu dikemukakan oleh Sekretaris Dirjen KIP Kementerian Komunikasi dan Informasi Ismail Ciwadu di Medan, Sumatra Utara, Sabtu, 17 November 2012.

Fakta ini, pada satu sisi, patut disyukuri. Sebab dengan demikian berarti, evolusi perkembangan masyarakat di Indonesia masuk dalam kategori: "melek internet". Artinya, Indonesia tidak terkebelakang dalam hal penggunaan internet. Tapi pada lain sisi, kenyataan ini patut dipertanyakan secara kritis: Untuk keperluan apa internet itu didaya-gunakan? Apakah penggunaan internet memberikan kontribusi positif terhadap kemajuan berpikir, inovasi sosial-ekonomi, dan peningkatan mutu pendidikan?

Berpijak pada perspektif sosiologis, dua pertanyaan ini merupakan gugatan secara kritis. Terutama untuk dunia pendidikan, penggunaan internet patut dan bahkan mutlak dipertanyakan secara serius. Apalagi, Bank Dunia dalam sebuah tinjauannya yang dibeberkan di Doha, Qatar, baru-baru ini, memberi predikat kepada Indonesia sebagai salah satu negara gagal di dunia dalam hal memacu peningkatan mutu pendidikan. Apakah kegagalan peningkatan mutu pendidikan itu antara lain disebabkan oleh tidak efektifnya penggunaan internet? Jika demikian halnya, lalu difungsikan untuk apa saja internet?

Tak pelak lagi, internet merupakan fenomena globalisme. Dinamika hubungan umat manusia di seantero Planet Bumi semakin menerobos batas-batas kaku demarkasi negara. Dari satu belahan Bumi ke sudut Bumi yang lain, interelasi umat manusia dapat diperhubungkan secara cepat. Kebudayaan berubah secara serta-merta oleh tingginya intensitas pengiriman data dan informasi. Pendidikan pun diperhadapkan pada keberlimpah-ruahan data dan informasi ilmu pengetahuaan.

Tentang arti penting internet bagi dunia pendidikan telah banyak dibahas para ahli. Konektivitas berkecepatan super memungkinkan transfer ilmu pengetahuan berlangsung hanya sekejap. Berkat internet, guru lalu merupakan profesi yang dipermudah oleh sebuah keadaan serba dinamis demi melakukan pemecahan masalah pendidikan. Juga melalui internet, murid-murid dapat bertindak secara trengginas merengkuh informasi-informasi baru ilmu pengetahuan. Maka aneh bin ajaib, jika dengan ketersediaan internet yang sedemikian rupa itu ternyata mutu pendidikan nasional masih jongkok.

Kini musti jujur menyimak kemampuan diri sendiri sebagai bangsa. Bahwa besarnya jumlah populasi pengguna internet di Indonesia sesungguhnya merupakan sebuah paradoks, yang mutlak diakhiri dengan segera. Pada satu sisi, makin banyak jumlah manusia Indonesia yang kehidupan dan perilakunya terhubung dengan internet. Pada lain sisi, internet belum terintegrasi dengan sistem sosial. Internet sekadar hadir menempel dalam sistem sosial, serupa dengan lumut yang tampak elok di permukaan.

Bagaimana pun, pendidikan merupakan sistem sosial yang spesifik. Dalam dunia pendidikan terkonfigurasi sumber daya, terbentuk pola kepemimpinan, serta padat dengan aneka model tata kelola. Logis jika lingkungan pendidikan berkedudukan sebagai komunitas. Tapi seperti sistem sosial umumnya, dunia pendidikan kaku saat berhadapan dengan perkembangan baru. Dunia pendidikan tak sepenuhnya adaptif menerima realitas baru peningkatan mutu pendidikan.

Agar internet sepenuhnya berfungsi sebagai variabel peningkatan mutu pendidikan, kaum guru dituntut komprehensif menguasai internet, melalui edukasi secara tuntas Information and Communication Technology (ICT).[]

No comments:

Post a Comment